
Para pejabat di Indonesia diusulkan untuk menggunakan transportasi umum tanpa sopir oleh Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI).
Menunggu usulan itu, para pejabat dan anggota Kabinet Merah Putih bereaksi dengan respons unik.
Penjabat Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI, Djoko Setijowarno menyatakan bahwa pejabat seharusnya terbiasa dengan moda transportasi umum sudah seharusnya.
"Dia menyarankan bahwa pejabat negara seharusnya menggunakan angkutan umum secara teratur, setidaknya satu kali seminggu, serta berinteraksi dengan masyarakat umum, sehingga mereka dapat memiliki kesadaran tentang tingkat pengangguran yang sesungguhnya," kata Djoko dalam keterangannya, seperti dalam artikel Kompas.com.

Djoko menegaskan, pejabat negara kecuali presiden dan wakil presiden, seharusnya tidak perlu memperoleh paswalinya lagi.
Layanan tersebut bisa dialihkan untuk penggunaan transportasi umum.
Sekarang, bagaimana reaksi anggota Kabinet Merah Putih terhadap permintaan untuk menggunakna transportasi umum dan tidak berada di mobil dinas?

1. Menteri ESDM mengakui pernah bekerja sebagai supir taksi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa terbiasa dengan transportasi umum dan tidak memerlukan penjelasan lagi.
Bahana kali itu Bahlil pernah menjadi pengemudi angkutan kota (angkot) dan kondektur selama masih menempuh pendidikan SMA.
Tolong beritahukan kepada pengamat, bahwa saya, Bahlil, tidak boleh diajari naik angkutan umum. Karena saya kondektur angkot selama 3 tahun di Terminal. Jadi sopir bus wisata angkot sudah 2 tahun ketika saya masih di SMA. Saya juga pernah menunggangi bus wisata angkot saat kuliah," ujar Bahlil, dilansir Kompas.com, (2/2/25).
"Jadi, aku akan menjelaskan bagaimana cara menaiki angkutan umum dengan benar. Tapi, untuk saya sendiri, tidak perlu disiapkan itu. Karena itu memang ilmu saya," katanya.
Karena pernah bekerja sebagai sopir angkot, Bahlil tidak memiliki masalah dengan menggunakan transportasi umum untuk bekerja.

Senyumlah, kebiasaannya naik transportasi umum saat bekerja tidak perlu diformulasikan.
"Nanti kalau memang butuh perbaikan, agen untuk cara naik ojek, nanti saja saya sendiri saja yang jadi pengajarnya," kata Bahlil tersebut menyambut tawa.
2. Menteri ATR/BPN memilih menaiki motor atau berjalan kaki
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid menyatakan, dia lebih memilih menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki daripada transportasi publik.
"Benarlah yang dikatakan, tujuan pengemudi sebenarnya pun seperti itu, jadi saya setuju juga. Mengapa? Karena dapat lebih cepat naik sepeda motor," ujar Nusron, dikutip dari Kompas.com, (1/2/25).

"Apakah bahwa pernah takna jalan kaki tidak juga kalau jalan itu jalanan pendek itu malah lebih pendek," tambahnya.
Saya akan memberikan jawaban yang rinci dan sopan. Tapi saya terlibat unfortunate kesalahpahaman.
"Pertanyaan soal naik dengan apa itu, bagi saya tidak ada fokus (pentingnya). Ini hanya keragaman (pilihan) soal naik transportasi umum. Bisa jadi dalam situasi kondisi darurat dan cepat, naik transportasi umum bisa lebih mahal daripada naik mobil dan sepeda motor. Ya kan?" tambah Nusron.

3. Menteri Komunikasi dan Informatika tertarik naik sepeda
Menkominfo Meutya Hafid mengatakan dirinya tertarik menggunakan sepeda untuk antusias berangkat ke kantor.
"Mau naik sepeda sekali-sekali. Semoga masih kuat," ujarnya, (3/2/25), sebagaimana dikutip dari Tribunnews.
Meutya mengatakan, kediamannya dan kantor Komdigi berjarak 15 km.
Tapi dia beberapa saat silam biasanya bersepeda sejauh 40-59 kilometer.
Dia bisa bersepeda sejauh 100 km sekali setiap bulan.
Akhirnya kita coba dulu ya, udara sudah dingin lama tak bergerak, mudah-mudahan masih terjaga baik.
Meutya juga membincang dia rutin bersepada bersama Gubernur terpilih Jakarta, Pramono Anung selama seminggu tiga kali.
"Sesekali toh (bersepeda ke kantor) ini bukan setiap hari," katanya tegas.
4. Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Informasi pernah pergi menggunakan Kereta Rel Listrik (LRT)
Wakil Menteri (Wamen) Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Christina Aryani mengaku bertempat tinggal di Malaysia dan pernah naik kerja ke Kuala Lumpur menggunakan kereta api terberat di dunia (High Speed Rail), LRT / RapidKL yang sama dengan Kuala Lumpur Integrated Rail Link Project (KIPS).
"Ia, karena kita sudah ada LRT maka perjalanan ke kantor dari Cibubur akan menjadi lebih dekat sekarang," kata Christina, dikutip Kompas.com, (2/2/25).
Christina mengaku tidak terganggu jika sesekali harus menggunakan angkutan umum.
Menurutnya, transportasi umum seperti LRT dan MRT sudah saling terintegrasi di Jakarta sehingga tidak ribet.
"Mungkin kita beberapa waktu lalu kita ribet untuk pergi ke stasiun dan lain-lain," katanya.
Dengan tambahan, menurut Christina, naik transportasi umum bisa menjadi pilihan saat situasi macet.
Karena, dia bisa sampai tujuan lebih cepat.
"Memang sekarang segalanya sudah jauh lebih mudah. Jadi tidak ada pihak yang salah juga. Bahkan transportasi umum bisa lebih menghemat waktu ketika ada macet dan situasi lainnya bisa diprediksi," tambah Christina.
5. Presiden akan ikuti arahan
Staff Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad memilih mengikuti instruksi terkait using kendaraan umum untuk pejabat.
"Ayo kita ikut serta dengan arahnan yang terbaik untuk mempengaruhi semua masyarakat yang terbaik," ujar Raffi, seperti dilansir Tribunnews, (31/1/25).
Raffi menyebut, naik transportasi publik bukan hal baru baginya.
Saat memulai karier di industri hiburan, dia mengaku selalu menggunakan transportasi umum dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.
"Saya suka naik transportasi umum kok. Saya tetap sering naik transportasi umum. Selalu," lanjut Raffi.