Sejarah Lagu Legendaris "Tob Tobi Tob": Syair Arab dengan Pesan Khusus!

Siapakah yang berbunyi lantang dengan suaranya? "Tob Tobi Tob Tob Tobi Tob Tob" ? Lagu tersebut menjadi viral karena sering dijadikan latar suara yang menggambarkan suasana Ramadan tahun ini, bahkan muncul dengan meme kucing yang mengenakan baju koko dan peci.

Nggak hanya lantunannya yang catchy, "Tob Tobi Tob" ternyata memiliki sejarah dalam sastra Arab klasik. Keunikan liriknya yang berisi permainan bunyi dan irama menjadikannya tak hanya enak didengar, tetapi juga penuh makna. Maka, tidak heran jika lagu tersebut membawa nuansa khas Ramadan 2025 yang meriah dan berkesan.

Bagaimana asal-usul lagu ini? Yuk, telusuri lebih dalam di sini!

Sejarah lagu "Tob Tobi Tob"

Melansir dari NU Online Jabar, lagu "Tob Tobi Tob" rupanya berasal dari sebuah syair Arab yang berjudul Sawt Safiri Al-Bulbuli (صوت صفير البلبل), yang artinya suara kicauan burung bulbul. Diperkirakan syair ini sudah berusia 1.000 tahun, lantaran diciptakan pada masa pemerintahan Khalifah Abu Ja’far al-Mansur dari Bani Abbasiyah.

Nah, Syair ini sering diasosiasikan dengan Al-Asma'i, seorang penulis puisi dan ahli linguistik yang populer pada masa itu. Ceritanya mengatakan bahwa dia membuat syair tersebut untuk menantang Khalifah Abu Ja'far al-Mansur.

Khalifah Abu Ja'far al-Mansur terkenal karena mempunyai daya ingat yang sangat baik serta dapat menancapkan syair di benaknya hanya dengan satu kali mendengarkannya. Untuk itu, dia menyelenggarakan sebuah perlombaan bagi para penyair agar membuat karya sastra baru yang belum pernah didengarnya sebelumnya, lengkap dengan imbalan untuk pemenangnya.


Akan tetapi, dia ditemani oleh dua orang, yaitu seorang anak laki-laki yang dapat men memorizer materi hanya dengan mendengarnya dua kali, serta seorang wanita pemerkosa yang mampu men memorizer setelah tiga kali pengucapan — keduanya tersembunyi di belakang gorden.
**Perhatian:** Saya telah mencoba mempertahankan makna asli teks tersebut sambil merombak frasanya. Namun, saya ingin memberitahu bahwa istilah "budak" dalam konteks ini tampaknya tidak tepat atau sensitif. Jika dimungkinkan, disarankan untuk menggunakan kata-kata lain seperti "peremaja/perawatan" jika itu adalah maksud dari kalimat tersebut.

Setiap penyair yang masuk dengan yakin membawakan puisi baru, tetapi setelah membacakannya, Khalifah mengklaim sudah pernah mendengarnya dan membuktikannya dengan mengulangnya. Kedua pendampingnya juga mengulang puisi tersebut dengan sempurna, hingga membuat para penyair bingung dan frustrasi.

Peristiwa itu terjadi berulang kali sampai sejumlah besar penyair berkumpul di depan rumah Khalifah, merasa heran bagaimana karya sastra mereka dapat diketahui oleh sang penguasa serta dua orang penasihatnya. Setelah mendengar kabar itu, Al-Asma'i memahami cara kerja strategi yang digunakan Khalifah, sehingga dia berniat untuk mencari jalan keluar dari situasi tersebut.

Saat masuk ke dalam rumahnya, Al-Asma'i berpura-pura menjadi seorang pelancong asing dengan menggunakan penutup muka yang membuat hanyalah matanya saja yang kelihatan. Setelah itu, dia pun memulai untuk membacakankan syair-syairnya, dimana karya tersebut sudah disusun dengan kata-kata kompleks yang sukar dipertanggu jawab, banyak perulangan, serta irama yang mengelirukan.

Usai mendengarkannya, Khalifah pun terkejut—puisi itu begitu unik dan penuh kata tiruan bunyi, membuatnya mustahil untuk dihafal. Ketika dua pendampingnya dipanggil, mereka juga mengakui belum pernah mendengarnya, dan bahkan angkat tangan. Akhirnya, Khalifah tersebut mengakui kekalahannya dan memberikan hadiah kepada Al-Asma'i.

Hadiah yang diserahkan diatur menurut bobot media dimana puisi itu tertulis. Bila puisi tersebut ditulis diatas kertas ataupun kulit binatang, maka hadiah yang didapat akan senilai dengan bahan tersebut. Akan tetapi, Al-Asma'i secara cermat menyisipkan puisinya ke dalam batu granit, sehingga ia mendapatkan hadiah setara dengan tiang tersebut dan akhirnya menerima emas dalam jumlah banyak.

Makna lagu "Tob Tobi Tob" atau Sawt Safiri Al-Bulbuli

Lagu "Tob Tobi Tob" atau syair Sawt Safiri Al-Bulbuli menjelaskan peribahasa kasih sayang dengan menggunakan analogi lingkungan sekitar—saat bunyi-bunyian semesta dan harmonisasi nada tercipta menjadi sebuah ritme yang serasi. Merpati menggambarkan pesona serta lembutnya hati, sedangkan tumbuhan indah dan padang rumput menunjukkan hidup yang dipenuhi corak dan keseimbangan.

Setiap komponen tersebut bersatu dan menghasilkan keseimbangan yang menunjukkan rasa kasih sayang yang erat serta ikhlas.

Itulah sejarah dan makna di balik lagu "Tob Tobi Tob" , yang kini kembali viral dan menjadi simbol khas suasana Ramadan 2025. Apakah kamu sampai menghafalinya juga, Bela?

Jangan lupa tinggalkan pesan yach .....

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم