CDR News - Cerita tentang warganya yang gagal menjadi miliardder hanya mendapat kompensasi perpipaan jalan tol senilai Rp 232.144 viral dan banyak diperbincangkan.
Dia merupakan Asrofi Fauyan, seorang penduduk dari Desa Sidomulyo, yang berada di Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Telah diketahui bahwa konstruksi jalan tol Jogja-Bawen sedang berlangsung dan meliputi tahap penjemputan tanah yang menjangkau beberapa daerah, salah satunya adalah di kabupaten Magelang.
Pada tahap tersebut, beberapa penduduk menerima Uang Ganti Rugi (UGR) dengan jumlah berbeda-beda, bergantung pada area lahan yang terkena dampak.
Ternyata, terdapat sebuah cerita menarik di balik proses pengambilalihan tanah itu.
Warga dari Desa Sidomulyo, Kecamatan Candimulyo, yang bernama Asrofi Fauyan, mendapat uang gerakan rakyat (UGR) senilaiRp 232.144 saja.
Ini disebabkan karena area lahan yang dimilikinya yang terdampak oleh proyek jalan Tol hanyalah kira-kira 0,3 meter persegi.
Asrofi menyatakan bahwa dia sebelumnya tak tahu adanya bagian lahan miliknya yang terlibat dalam proyek jalan toll tersebut.
Ia baru tahu dirinya dapat ganti rugi usai perangkat desa menanyakan kenapa ia belum mengumpulkan berkas untuk proses pembebasan lahan.
Setelah diperiksa, ternyata baru diketahui bahwa tanahnya terpengaruh oleh proyek tersebut dan hanya memiliki luasan yang cukup kecil.
"Sekali begini di tahap pertama sih begitu juga, sebenarnya sama saja saya tidak paham. Malahan petugas dari desa bertanya kepada saya kenapa sampai saat ini berkas-berkas tersebut belum dikumpulkan," jelasnya.
Saya sampaikan, "Memangkah ada proyek jalan toll tersebut? Namun, saya tidak mengetahui besaran dari dana yang dialokasikan untuk itu," tambah Asrofi.
"Setelah di periksa ternyata memang hanya sebesar 0,3 meter," ujarnya, seperti dilaporkan Tribun Jogja.
Pertama-tama, Asrofi mengalami rasa kekecewaaan ringan lantaran area lahan yang dipengaruhi oleh proyek tersebut cukup sempit dan jumlah ganti rugi yang didapat juga kurang berarti.
Meskipun demikian, Asrofi masih menyokong pengembangan jalur toll tersebut.
"Rasanya sih lumayan letih lantaran terkena sedikit namun hasil yang diperoleh juga hanya sedikit," jelasnya.
"Tetapi saya pun tidak keberatan, hal tersebut juga turut mendorong perkembangan," ujarnya.
Sebenarnya, Asrofi mengatakan tidak keberatan apabila dia tidak dibayarkan.
Sejenak dia berpikir untuk melepaskan lahannya tanpa menuntut kompensasi.
Akan tetapi, karena bisa memperlambat urusan resmi dari proyek tersebut, dia pun masih menyelesaikan semua tahapan berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
"Tetapi dengan pihak pemerintahan tidak memungkinkan, secara umum akan rumit di segi Administrasi, hanya itu saja," ujarnya.
Lahan yang terdampak oleh proyek jalan tol itu sebagian besar adalah tanah kosong atau ladang sawah sederhana, di mana tumbuh beberapa pohon pisang dan bambu.
Lahan itu adalah pewarisannya dari kedua orangtuanya, sedangkan saudaranya yang satu lagi saat ini tinggal di Sumatera.
Walaupun manfaat baliknya tidak terlalu besar, Asrofi masih menerima tawaran tersebut dengan senang hati dan berniat menggunakan uang itu untuk bersedekah.
"Sedekah saja," katanya dengan cepat ketika dimintakan penjelasan tentang bagaimana ia menggunakan dana kompensasi itu.
Masyarakat di Dusun Karangkajen, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, yaitu Mulyanto, mengalami nasib yang sama.
Dia menjadi salah seorang penerima kompensasi untuk Jalur Lingkar Selatan Yogyakarta-Bawen.
Karena tanah miliknya berada di area proyek Tol-Bawen, yang sekarang sedang dalam proses konstruksi.
Mengejutkannya, Mulyanto tidak mendapatkan kompensasi berupa angka-angka jutaan atau bahkan miliaran rupiah.
Hanya ada kompensasi senilai Rp 254.476 yang diterimanya.
Oleh karena itu, lahan yang terpengaruh oleh Jalan Tol Jogja-Bawen hanya berukuran 30 centimeterpersegi.
Hanya berdampak sejauh 30 sentimeter saja.
"Lahan yang dimiliki Mulyanto seluas 1.100 meter persegi digunakan untuk pertanian padi dan jagung," jelas Mulyanto seperti dilaporkan oleh CDR News melalui Tribun Jogja.
Area yang terdampak oleh konstruksi jalan toll berlokasi di pusat ladang padi mereka. Akan tetapi, Mulyanto mengungkapkan bahwa dia merasa tulus menerima keadaan tersebut.
"Iya, ikhlas demi negara," katanya.
Niatnya, dana tersebut akan dipakai untuk membelanjakan anak cucunya.
Bapak dari ketiganya itu menyatakan sudah punya tiga orang cucu yang belum besar.

Dua dari mereka duduk di bangku kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar, sementara yang satunya lagi masih berumur satu tahun.
"Untuk belanja camilan cucu saja," katanya.
Namun, Mulyanto menyatakan bahwa ia sejatinya menginginkan keseluruhan laahannya menjadi bagian dari proyek jalan tol tersebut.
"Sudah tertimpa di satu sisi, dua lokasi. Sepertinya akan lebih baik jika semua terkena saja," katanya.
Dia menyatakan bahwa prosedur kompensasi tersebut berlangsung selama periode yang cukup panjang.
Mulyanto menyatakan bahwa dia perlu menanti kira-kira tiga tahun setelah tahap pertama penyampaian informasi.
Pertama-tama, ia merasa bahwa tanahnya tidak akan terpengaruh karena letaknya di luar batas garis jalur tol yang ditentukan.
"Sesudah diperiksa, ternyata terdapat 30 centimeter yang rusak," katanya.
Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Magelang menyebutkan bahwa proses penggantian kerugian atas tanah yang terpengaruh oleh proyek jalan Tol di Desa Karangkajen sudah diselesaikan menjelang akhir tahun ini.
Seluruhnya melibatkan 78 area yang tersebar di lahan seluas 4,4 hektare dengan estimasi kompensasi kurang lebih senilai Rp 76 miliar.
"Beberapa individu memiliki lebih dari satu area yang terkena dampak. Sebagai contoh, seseorang mungkin mempunyai tujuh area, empat area, atau bahkan lima area yang berpengaruh. Yang mengejutkannya lagi, kepala desa menghadapi sebanyak 19 area yang terdampak," jelas Yani.
Dia juga menyoroti bahwa luas lahan yang terpengaruh sangat beragam.
"Lokasi terkecil yang dapat dideteksi hanya berukuran 0,3 meter persegi. Coba bayangkan, ukurannya sangat kecil namun masih bisa diidentifikasi oleh tim kami. Oleh karena itu, jika seseorang mengatakan ada meteran yang hilang, hal tersebut mustahil," jelasnya dengan tegas.
Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen Bagian 3 dan 4, atau area sekitar Magelang sudah mulai melaksanakan proses penggantian kerugian di berbagai kelurahan yang terpengaruh.
>>>Perbarui berita terbaru di Google Berita CDR News