Cerita Eriska Rein, Andien, dan Mona Ratuliu: Melatih IQ, EQ, dan SQ Anak Anda

Pada saat ini, terdapat tiga macam indikator untuk menilai tingkat kecerdasan seorang anak. Ketiganya adalah: Intelligence Quotient atau yang dikenal IQ, Emotional Quotient atau EQ, dan Spiritual Quotient yang disebut juga sebagai SQ.

Memang tidak gampang mengembangkan ketiganya dalam diri seorang anak. Tiap orang tua pastinya akan menjumpai berbagai kesulitan, hal itu juga dialami oleh Eriska Rein dan Andien.

Dalam wawancara eksklusif bersama Candraokey News Spesial untuk hari jadi yang ke-7 ini, Eriska dan Andien menceritakan tentang kesulitan yang mereka hadapi saat melatih IQ, EQ, dan SQ.


Jangan lupa pula saat berkunjung ke tiga artis tersebut,صند
صند Candraokey News juga membawa sejumlah hadiah daripada Toys Kingdom serta hasilannya photoshoot Terakhir kali mereka dipilih sebagai Millennial Mama of the Month.

Lebih lengkapnya, ini dia Kisah Eriska Rein, Andien dan Mona Ratuliu melatih kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual anak. yang telah dijelaskan dengan rinci.

Yuk, disimak!

1. Menurut Eriska, mengembangkan kecerdasan emosional merupakan tugas yang lebih menantang.

Saat ditemui di rumahnya pada Kamis (30/1/2025), Eriska mengakui bahwa melatih IQ, EQ, dan SQ bukanlah hal yang sederhana. Meskipun demikian, menurut pandangannya, mencoba meningkatkan EQ atau kecerdasan emosi ternyata merupakan tugas yang penuh dengan tantangan unik.

Menurut Eriska, tantangan tersebut terjadi akibat sifat dan juga perasaan. mood Setiap anak unik. Dari pemahaman itu, Eriska menyimpulkan bahwa dia perlu mencari metode pendekatan yang tepat.

"Secara emosional, hal tersebut menjadi tantangan yang lebih besar karena seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, perasaan setiap anak berbeda-beda. Selain itu, sifat dari sang kakak dan adik pun tidak sama," jelas Eriska.

"Jadi, kita sebagai parents Seperti mengukur bagaimana cara mendekati kakak dengan baik, sedangkan untuk adik harus berbeda, sebab setiap anak memiliki karakteristik masing-masing," lanjut ibu dari dua orang anak tersebut.

2. Menurut Andien, tantangan terbesar adalah orang tua perlu menguasai kembali metode yang sesuai untuk anak.

Pada saat bersamaan, Andien mengatakan bahwa tantangan utamanya dalam mendidik anak agar cerdas secara IQ, EQ, dan SQ malah ada di pihak orang tua yang perlu mengeksplorasi lagi metode yang tepat untuk membimbing sang buah hati.

"Banyak orang dewasa, yang mungkin mencakup saya dan Mas Ippe, kemungkinan besar akan berpikir, 'Oh Kawa ini seperti begini,' demikian. Namun, bisa jadi dia tidak benar-benar begitu. Ini hanyalah persepsiku terhadapnya," ungkap Andien ketika bertemu di Jakarta Selatan pada Rabu (12/2/2025).

Menurut Andien, tidak selalu apa yang dipercaya oleh para orang tua sejauh ini adalah metode terbaik untuk meningkatkan IQ, EQ, dan SQ pada anak. Apalagi, saat ini banyak orang tua yang berharap agar anak-anaknya berkembang dengan kepribadian unik masing-masing.

Sangat banyak hal yang kurasakan seharusnya menjadi prioritas untuk kita semua. relearn dan reparent ourselves Begini maksudnya. Bisa jadi apa yang kita amati pada anak-anak belakangan ini hanyalah refleksi dari emosi kita sendiri tentang kejadian di masa lampau — Andien .

Maka, hal tersulit sesungguhnya adalah benar-benar melakukan- relearn Apa yang telah kita serap sampai saat ini dari orang tua kita, mungkin saja tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang terbaik bagi anak kita," lanjutnya.

3. Andien menyatakan bahwa akan lebih sederhana untuk memahami buah hatinya setelah mencoba untuk belajar ulang.

Lanjutannya, Andien menyatakan bahwa dia dan suaminya, Irfan Wahyudi atau biasa disebut Ippe, merasa akan lebih mudah untuk mendidik dan menstimulasi anak mereka dalam aspek IQ, EQ, dan SQ setelah dapat mencobanya. relearn atau mengulang lagi dengan benar.

Bila hal tersebut sudah tercapai, tentu akan jadi lebih sederhana bagi saya, Mas Ippe, dalam berkomunikasi tentang bagaimana cara melakukannya. stimulate Pertanyaan yang diajukan oleh anak-anak, lalu untuk nge-صند trigger mereka untuk berpikir, nge- trigger mereka untuk creative thinking di rumah, terus nge- trigger "mereka agar lebih disiplin," ujar Andien.

4. Mona Ratuliu sudah mengasah kemampuan SQ dan EQ anaknya dengan metode khusus miliknya.

Sebaliknya, Mona Ratuliu mempunyai metode khusus untuk mengembangkan EQ dan SQ buah hatinya. Berkenaan dengan kecerdasan spiritual (SQ), ia sudah mendidik anak-anaknya agar terbiasa mensyukuri dari usia muda serta merutukan doa dan ucapan rasa syukur kepada Tuhan sebelum tertidur.

Selama tahap pengembangan kecerdasan emosionalnya, Mona sudah mendidik sang buah hati untuk memahami berbagai perasaan sejak usia di bawah 3 tahun. Lewat pendekatan tersebut, si kecil belajar bahwa ia bisa merasakan kemarahan, kesedihan, dan ketidakpuasan; namun tidak diperbolehkan untuk mencelakai dirinya sendiri ataupun orang lain, termasuk jangan sampai merusak milik pribadi atau umum.

"Bukan tidak boleh marah, tetapi bagaimana cara mengungkapkannya agar tidak terlalu buruk? Bisa dengan berbagai metode seperti menggambar hingga amarah mereda, atau tindakan lain yang harus dilakukan," jelas Mona ketika bertemu di rumahnya di Jakarta Selatan, Rabu (5/2/2025).

5. Menurut Mona, kesinian menjadi elemen paling sulit ketika mendidik sang buah hati.

Walaupun kelihatannya gampang, ternyata Mona juga menemukan hambatan-hambatan unik bagi dirinya. Menurut pengakuan Mona, kesinambungan adalah aspek paling sulit dalam proses mendidik putranya. Ia bahkan mengungkapkan bahwa pernah dikalahkan oleh emosinya sendiri.

Sekali-sekali ketika kita baru pulang dari menghadiri sebuah seminar, atau jangan-jangan scrolling-scrolling baru dengar psikolog ngomong Jadi begitu 'Ya betul, ternyata kesalahan ada di pihakku.' Satu hari, dua hari, tiga hari, dan setelah satu minggu, saya telah menyerah pada emosi diri sendiri. Hal yang sulit sesungguhnya adalah menjaga konsistensi, mengatasi hambatan dari dalam diri,' jelas Mona.

Mona mengatakan bahwa lawan sejati yang harus dihadapi para orang tua saat mendidik anak adalah diri mereka sendiri. Dari pengalaman hidupnya, ia menyadari telah banyak belajar dari sang buah hati sehingga dia juga turut tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih baik.

Ini musuh kita ketika mendidik anak: diri sendiri. Itulah sebabnya saya sering mengatakan bahwa anak-anak adalah guru bagi kita. Tidak hanya kita menjadi gurunya mereka, tetapi kita pun belajar begitu banyak daripada mereka. Dan di penghujung hari, orang tua-lah yang tumbuh bersamaan dengan perkembangan si anak. Mona Ratuliu .

Berdasarkan pengalaman yang disampaikan, tampaknya cukup menantang untuk merangsang perkembangan kecerdasan IQ, EQ, dan SQ pada buah hati. Meskipun demikian, sebagian dari mereka telah menyusun metode unik guna menghadapi hambatan tersebut serta mendorong peningkatan kemampuan si anak.

Mudah-mudahan cerita diatas dapat memberikan inspirasi bagi Anda, Bu.

  • Mona Ratuliu serta Indra Brasco Mengajari Hal ini Agar Anak-anak Dapat Menjadi Pemimpin
  • Surat Terbuka Eriska Rein kepada Orang Tua tentang Pentingnya Mendidik Anak Menjadi Pemimpin
  • Andien Aisyah Dituju Pertanyaan tentang Kesopanan kepada Anak: Kita Tidak Hidup untuk Mendapat Persetujuan Orang Lain

Jangan lupa tinggalkan pesan yach .....

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم