- Penelitian panjang dari Harvard menemukan bahwa anak-anak yang terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga anak dapat mendapatkan dampak positif yang signifikan pada kesuksesan dan kebahagiaan di masa depan.
Studi ini mempelajari lebih dari 700 individu sukses dan menemukan bahwa mereka yang terbiasa melakukan tugas rumah sejak kecil cenderung berkarier yang lebih sukses.
Anak-anak yang terlibat dalam tugas rumah tangga menunjukkan rasa bertanggung jawab yang lebih tinggi dan lebih mampu memahami kebutuhan orang lain.
Selain itu, keterlibatan dalam pekerjaan rumah juga dapat membantu anak mengembangkan etos kerja yang lebih baik.
Anak-anak yang dari kecil sudah terbiasa melakukan tugas-tugas kecil, seperti merapatkan mainan atau membantu menyapu, akan lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja nantinya.
Polik ben DIG RabaretFragment
Anak yang mulai mengerjakan pekerjaan rumah sejak usia 4–5 tahun menemukan juga bahwa mereka memiliki tingkat kepercayaan diri dan kepuasan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak terbiasa melakukannya.
"Anak-anak yang kurang sering melaksanakan pekerjaan rumah lebih mungkin menghadapi kesulitan dalam bidang hubungan sosial, prestasi akademik, serta tingkat kebahagiaan hidup yang lebih rendah," tulis para peneliti, seperti yang dikutip
Para expert mengusulkan agar orangtua mulai mengikuti anak dalam pekerjaan rumah tangga sejak dini dengan cara yang menyenangkan dan sesuai usia mereka.
Contohnya, anak kecil bisa diminta membantu menyusun mainan, sementara anak yang lebih dewasa dapat diberi tugas seperti menyapu atau membantu mencuci piring.
Selain itu, orang tua juga diharapkan untuk bekerja sama dengan anak dalam menyelesaikan pekerjaan rumah untuk membuatnya seperti tim, bukan sekadar tugas yang memberatkan.
Mengirim Pesan yang Mulai Harap Kendalikan.com
Menemukan bahwa kunci keberhasilannya adalah dengan melakukan pendekatan kolaboratif.
Penelitian ini melibatkan 105 pasangan ibu dan anak dari usia 17 hingga 30 bulan.
Ibu-ibu diminta untuk memesan anak-anak mereka membersihkan mainan setelah lima menit bermain. Penelitian ini kemudian membandingkan tiga metode pendekatan, yaitu:
Ibu memperhatikan anak lebih dulu, kemudian memebersihkan mainan sambil memberikan instruksi agar anak melakukan hal yang sama.
: Ibu langsung merapikan mainan tanpa memberi peringatan lebih dahulu kepada anak sebelumnya.
Ibu melakukan beberapa tugas sebelumnya, seperti menyerahkan mainan kepada anak atau memindahkannya sedikit lebih dekat agar anak bisa ikut membersihkan.
Akhirnya, metode kerja sama terbukti paling efektif.
Justru tidak hanya membangun perilaku kooperatif pada anak untuk membersihkan mainannya, melainkan juga memberikan dampak positif dalam masa depan, seperti menurunkan perilaku bermasalah dan meningkatkan kemampuan diri sendiri dalam dua bulan berikutnya.
, Strategi ini berhasil karena melibatkan interaksi positif antara orang tua dan anak secara alami, tanpa memaksakan pengaruh.
Anak tidak merasa ‘dipaksa’ untuk menyiasati mainan, tetapi justru digalakkan untuk bekerja sama dengan cara yang menyenangkan.